Kamis, 07 Februari 2013

Hubungan Pertemanan dengan Kelompok Sebaya dan Sosialisasinya


Hubungan Pertemanan dengan Kelompok Sebaya dan Sosialisasinya
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu membutuhkan orang lain, dan tidak ada manusia yang berdiri sendiri tanpa peran orang lain. Seperti pada saat seseorang lahir pasti seseorang itu membutuhkan peran orang lain dalam hal ini bisa dokter atau bidan agar sang anak dan ibu bisa selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan dirinya untuk bisa atau pandai berinteraksi dengan yang lain. Dan mau tidak mau manusia harus berinteraksi karena manusia adalah makhluk sosial.
Berinteraksi adalah suatu hal yang sangat penting dan mutlak diperlukan. Berinteraksi bisa dengan siapa saja, baik orang tua, keluarga, teman sebaya, tetangga, dll. Namun pada kenyataannya seseorang biasanya lebih dekat pada temannya yang sebaya dibanding dengan yang lain. Ada beberapa hal seseorang bisa menganggap seseorang menjadi teman. Awalnya secara kebetulan “by accident” karena seseorang tersebut dekat rumahnya, mempunyai hobi yang sama, atau karena seseorang tersebut sekelas. Dan seiring berjalannya waktu seseorang menganggap orang lain sebagai teman adalah karena memilih “by choosing”. Memilih disini bisa karena seseorang tersebut satu profesi, satu organisasi, satu pendapat, dll.
Namun pada hubungan pertemanan sebaya pasti ada suatu problem yang dialami, seperti adanya kecemburuan ketika seseorang yang dianggap sahabat lebih memilih orang lain untuk dijadikan sahabatnya, kemudian terjalinnya hubungan persahabatan diantara seseorang juga menyebabkan kecenderungan diantara anak-anak untuk membentuk kelompok-kelompok atau geng tertentu yang sesuai dengan kenyamanan anak, pembentukan kelompok ini tidak selamanya menimbulkan dampak positif bagi perkembangan seseorang, tetapi sebagian besar adanya kelompok-kelompok tertentu itu mengakibatkan dampak negatif bagi seseorang.
Terbukti, saat seseorang menganggap hubungannya dengan kelompok lebih penting dari apapun. Maka terlihat suatu keganjalan akibat hubangan sosial ini, ternyata anak-anak sedikit demi sedikit terlihat menjauh dari keluarganya, dan kebersamaan yang terjalin dengan keluarganya semakin terlupakan. Akibatnya banyak diantara anak-anak yang terjerumus pada berbagai kenakalan remaja, disebabkan karena kurangnya kontrol dari keluarga.
Bila sudah terjadi masalah seperti ini, maka sebenarnya siapakah yang akan kita salahkan? Kita tidak bisa menyalahkan keluarga sebagai penyebab rentangnya hubungan anak dengan keluarganya, karena sebenarnya seiring perkembangan kedewasaan seorang anak. Anak-anak sendirilah yang menjauh dari lingkungan keluarganya dan memilih jalan hidupnya, bukan hanya karena masalah geng dan kelompok-kelompok yang memberikan dampak negatif pada anak, tetapi seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat, kini telah banyak situs-situs  jejaring sosial yang menawarkan hubungan silaturahmi lewat dunia maya seperti facebook dan twitter, dua situs ini ternyata telah menyihir anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Facebook dan twitter memang  banyak memberikan hal-hal yang positif bagi perkembangan anak, terutama dalam hubungan sosialisasi. Tetapi karena sebagian orang menggunakan dua situs ini terlalu berlebihan sehingga menyebabkan banyak dampak negatif bagi penggunanya. Masalah-masalah diatas sering terjadi dalam proses sosialisai. Oleh karena itu, penyusun menganggap masalah tersebut penting dan perlu dikaji, dengan demikian penyusun memberikan judul “Hubungan Pertemanan dengan Kelompok Sebaya dan Sosialisasinya” 



B.     Rumusan Masalah
Penyusun membatasi beberapa hal untuk lebih mengarahkan permasalahan ini kepada hal-hal sebagai berikut.
1.      Apa definisi pertemanan dan kelompok teman sebaya?
2.      Bagaimana hubungan teori-teori sosial dalam mengkaji masalah sosialisasi kelompok teman sebaya?
3.      Bagaimana hubungan sosialisasi dan pengaruh positif serta negatif dengan adanya kelompok atau group bagi perkembangan kepribadian anak-anak, remaja, dan dewasa?
4.      Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah dalam hubungan sosialisasi?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui hubungan pertemanan yang baik antara kelompok sebaya.
2.      Mengetahui bagaimana hubungan teori sosial dalam mengkaji kelompok teman sebaya.
3.      Untuk mengetahui bagaimana dampak negative dan positif hubungan atara kelompok dan group
4.      Untuk mengetahui solusi dampak negative dari hubungan sosialisasi dengan teman sebaya.

D.    Metode Penulisan
Penulis dalam pembuatan makalah ini menggunakan metode deskriptif. metode yang berdasarkan pengumpulan buku-buku (study kepustakaan) dan media komunikasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan nantinya menjadi pegangan dan sumber.




BAB II
Landasan Teoritis

A.    Pengertian Pertemanan dan Kelompok Teman Sebaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata teman mempunyai makna kawan, sahabat, orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan), lawan (bercakap-cakap), yang menjadi pelengkap (pasangan).
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, Diunduh pada hari kamis, 18 oktober 2012 pkl. 17:30 WIB). Di dalam islam berteman pun dianjurkan seperti yang dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 13, Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kata mengenal dalam surat di atas bukan hanya mengenal sekedar nama, tetapi mengenal karakteristik, kepribadian satu sama lain. Karena setiap bangsa, setiap suku mempunyai watak yang berbeda-beda. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa dua orang cenderung menjadi kenal jika faktor-faktor eksternal (misalnya, lokasi kamar asrama, tempat duduk di kelas, meja kerja, dll) menyebabkan mereka menjadi sering mengadakan kontak. Kontak semacam ini adalah akibat dari proksinitas atau kedekatan (proximity) fisik. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang dan dengan demikian mengalami paparan berulang terhadap suatu stimulus baru (wajah asing, lukisan abstrak, suatu produk, atau apapun) biasanya akan berakibat pada evaluasi yang semakin positif terhadap stimulus tersebut atau bisa juga di sebut repeated exposure (Zajonc, 1968).
Hubungan awal pertemanan  ini juga bisa timbul karena adanya rasa saling suka yang di dasarkan pada efek positif (lydon, jamieson, dan holmes,1997). Secara umum, memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa memiliki efek negatif  jika mereka antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak stabil  (Hartup dan stevens,1999).
Jadi dapat dikatakan sebuah komponen dasar dari sosialisasi adalah adanya proses pertemanan. Hal ini melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih yang memiliki tujuan dan berbagai kesamaan dalam presepsinya. Dalam proses pertemanan, seseorang biasanya lebih memilih berteman dengan seseorang yang sebaya dengan dirinya, karena biasanya teman yang sebaya lebih membuat dirinya nyaman.
Kelompok teman sebaya adalah sekelompok teman-teman dengan usia yang sama dan status sosial yang sama, kelompok sebaya mempunyai peranan penting dalam penyesuain diri seseorang. Pada usia remaja, kelompok sepermainan berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Dalam istilah sosiologi, kelompok bermain atau teman sebaya dikenal dengan sebutan “peer group”. Teman atau persahabatan merupakan pengelompokan sosial yang melibatkan orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja merupakan peranan yang penting bagi perkembangan prilaku dan kepribadiannya.
Biasanya pada kelompok-kelompok sebaya ini, mereka  mempunyai identitas dan penampilan sendiri. Mereka mempunyai lambang kebiasaan dan filsafat khusus, tetapi ada pula kelompok sebaya yang memiliki cara penampilan diri dan prilaku yang berbeda dengan kelompok yang lain. Kelompok-kelompok sebaya ini dapat terbentuk, karena kebutuhan seseorang akan rasa bebas dari orang dewasa atau orang tuanya. Apabila semakin besar keinginan untuk bebas, maka semakin terikat hatinya pada kelompok teman sebaya yang dapat memberikan kepuasan dan kebebasan. Hal seperti ini lah yang seringkali dirisaukan oleh orang tua, karena sikap mereka yang semakin menjauh dan semakin jarang berinteraksi dengan keluarganya.

B.     Penggunaan Teori-Teori Sosial Dalam Mengkaji Pertemanan
1.      Teori Struktural Fungsional
Pada pertemanan sebaya atau sosialisasi, teori T. Parsons sangat relevan dengan pokok bahasan penyusun. Menurut Parsons setiap sistem sosial (besar atau kecil ukurannya) harus memenuhi empat kriteria/persyaratan fungsional yang olehnya disingkat menjadi AGIL yang mempunyai arti dari masing-masing huruf yaitu “A” = “Adaptation”, “G” = “Goal Attainment”, “I” = “Integration”, dan “L” = “Latern Pattern Maintenance”. Dalam pertemanan sebaya, keempat fungsi teori T. Parsons masing-masing dilaksanakan oleh subsistem-subsistem berikut beserta penafsirannya:
a.       A (adaptasi yaitu menyesuaikan diri)
Dalam hubungan pertemanan, penyesuaian pribadi dengan sosial merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, seseorang harus pandai beradaptasi dengan lingkungannya, dengan teman sebaya sekaligus karakteristiknya. Sebab kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat seorang belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. 
b.      G (pencapaian tujuan)
Hubungan pertemanan pada kelompok sebaya terjalin karena adanya  tujuan yang sama diantara anggotanya. Sehingga pemikiran mereka sepaham dan sejalan. Namun, pencapaian tujuan dari hubungan pertemanan itu ada positif dan negatifnya.
c.       I (integrasi)
Setiap keluarga pastinya ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi pada anggota-anggota keluarga tersebut. Hal ini tentunya berkesinambungan dengan pertemanan sebaya, karena keluarga juga berperan dalam pembentukkan karakter si anak dalam proses anak memilih teman-temannya.
d.      L (mempertahankan pola)
Maksud dari subsistem ini adalah jangan sampai anak-anak ketika menjalin suatu hubungan pertemanan keluar dari kaedah-kaedah keluarga, pendidikan, dan agama.
Menurut Robert King Merton seorang tokoh sosiologi modern, tokoh struktural fungsional bahwa seseorang harus berhati-hati dalam bertindak dan memilih teman, karena bisa jadi keberhasilan dalam bertindak justru menciptakan masalah yang berat. Seperti seseorang telah menemukan teman yang sangat cocok dan dia sangat dekat dengan temannya, sehingga dapat mencurahkan segala yang di rasa terhadap temannya (fungsional) akan tetapi jika seseorang sangat dekat dengan temannya maka secara tidak sadar seseorang tersebut lambat laun menjadi jauh dengan keluarganya sendiri yang dimana posisi keluarga adalah sebagai agen sosialisasi yang pertama (disfungsional). Oleh karena itu, seseorang harus pandai bersosialisasi baik dengan keluarganya, teman, dan masyarakat sekitar agar tidak terjadi disfungsional yang sangat besar.
2.      Teori Konflik
Setiap individu menginginkan perubahan, dan tentunya perubahan tersebut ke arah yang lebih positif. Awalnya seorang anak begitu dekat dengan keluarganya karena memang keluarga adalah agen sosialisasi pertama dalam kehidupannya. Akan tetapi, setelah dia menginjak dunia luar, seorang anak tersebut merasa asing karena memang belum mengenal dunia luar dan seorang anak hanya mengenal keluarganya. Lambat laun, karena seorang anak sering berinteraksi, bersosialisasi dengan dunia luar maka seorang anak tersebut akan mendapat kenyamanan, dan biasanya kenyaman tersebut didapat dari seorang teman, baik anak tetangga ataupun teman sekelasnya di sekolah. Karena anak tersebut sudah merasa nyaman dengan kehadiran teman-temannya maka secara perlahan anak tersebut menggeser fungsi keluarga dengan fungsi teman. Dan teman adalah agen sosialisasi yang kedua setelah keluarga.
Menurut Pierre Bourdieu bahwa setiap individu mempunyai pertimbangan tersendiri mengenai berbagai hal. Seperti halnya dalam berteman, seseorang lebih nyaman dengan si A daripada si B, dan seseorang lebih nyaman dengan si C daripada si A. Perbedaan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang mencari teman yang nyaman dengan dirinya. Dan hal ini dapat terjadi karena setiap individu mempunyai pandangan, mempunyai pertimbangan masing-masing terhadap temannya.
3.      Teori Pertukaran (Exchange)
Manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam interaksi atau berhubungan dengan sesama. Dalam hubungan dengan teman tidak ada seorang pun yang dirugikan karena manusia selalu memperhitungkan untung dan rugi dalam segala aspek kehidupan. Jika seseorang ingin mendapatkan keuntungan maka akan ada sesuatu yang dipertukarkan, baik itu berupa barang, perasaan ataupun jasa. Sebagai contoh pertukaran dengan teman yaitu, jika seseorang merasa nyaman dengan temannya dan tiba-tiba seseorang tersebut mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian karena seseorang tersebut belajar kepada temannya. Dan temannya juga merasa senang telah berhasil membantu seseorang tersebut sehingga mendapatkan nilai yang memuaskan.
4.      Teori Labelling
Menurut teori Labelling bahwa setiap tatanan masyarakat mempunyai label atau julukan masing-masing seperti kelompok “rajin”, “tukang usil”, dsb. Hal ini juga terjadi pada hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan kita dapat menjumpai adanya kelompok-kelompok seperti “gang”. Kelompok-kelompok tersebut bersosialisasi dengan kelompoknya sendiri, kelompok yang lain, dan masyarakat. Kelompok tersebut biasanya mempunyai julukan atau label tersendiri, seperti kelompok “rempong”, kelompok “rajin”, kelompok “centil”. Julukan ini berdasarkan atas pengamatan orang lain terhadap suatu kelompok.

C.     Hubungan Sosialisasi dan Pengaruh Positif serta Negatif dengan adanya Kelompok atau Group bagi Perkembangan Kepribadian Anak-anak, Remaja, dan Dewasa.
1.      Masa Anak-anak
Perkembangan dan pertumbuhan seorang anak, disamping memperhatikan individualiatas juga harus diperhatikan bagaimana anak tersebut dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Karena lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain untuk pelaksanaan realisasi diri. Tanpa adanya bantuan dari orang lain anak tidak akan bisa mengembangkan dirinya. Anak akan menemukan dirinya sendiri dalam realisasinya dengan manusia lain, anak tidak akan bisa hidup tanpa adanya bantuan dari lingkungan sosial tertentu.
Hubungan yang terjalin pada masa taman kanak-kanak, adalah hubungan sosialisasi dalam kelompok bermain. Bermain adalah salah satu metode pembelajaran yang biasanya di gunakkan untuk anak pada usia 4/5 tahun, dengan menggunakkan metode bermain anak harus belajar bagaiamana bersosialisasi dengan teman sebayanya, sehingga dari sini dimulailah proses pengenalan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam proses sosialisasi anak usia dini, biasanya anak masih cenderung memiliki sikap egoisentris sehingga dalam prakter sosialnya anak pada masa ini sering mengalami berbagai problem dalam hubungan interaksinya dengan teman sebayanya.
 Dampak positif hubungan pertemanan sebaya pada masa anak-anak adalah sebagai berikut. Pertama, anak yang pintar dalam bersosialisasi biasanya pemikiran mereka cenderung lebih mandiri dan lebih luas, mereka juga cenderung lebih aktif, karena   lewat hubungan interaksi dengan teman sebayanya anak bisa banyak belajar sehingga secara tidak langsung hubungan sosialisasi ini menimbulkan suatu kemajuan bagi anak. Kedua, Hubungan atara teman sebaya dapat memberikan pengalaman baru bagi anak, mereka tidak hanya mengenel lingkungan keluarganya tetapi mereka juga mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitarnya. Ketiga, dengan adanya hubungan sosialisasi anak dapat  mengembangkan kognitifnya.
Sedangkan dampak negatif hubungan pertemanan sebaya pada masa anak-anak adalah sebagai berikut. Pertama, kelompok sebaya yang salah satu anggotanya memiliki kepribadian kurang baik, maka akan menyebar kepada anak-anak lainnya pada kelompok tersebut contohnya; kata-kata “kasar” bisa cepat menyebar di dalam kelompok sebaya tersebut. Kedua, kelompok sebaya pada anak-anak bisa merubah dengan cepat adat dan kebiasaan yang didapat dalam keluarga dari seorang anak. Ketiga, kelompok sebaya pada anak-anak juga dapat membuat seorang anak tidak patuh terhadap perintah orang tuanya.
2.      Masa Remaja
Pada usia tujuh sampai empat belas tahun, perkelompokan anak-anak pun cenderung  lebih luas dan teroganisasi dengan baik. Pada masa ini mereka sudah mengenal hubungan kelompok atau geng. Semboyan-semboyan rahasia, symbol-simbol dan aturan-aturan untuk anggota, tempat-tempat khusus untuk pertemuan, pemilihan orang-orang kepercayaan, dan maksud-maksud atau kegiatan-kegiatan tertentu merupakan sifat khusus dari pengelompokan–pengelompokan sosial anak-anak pada masa ini . Kesetiaan terhadap kawan-kawan seanggota menjadi sedemikian mendalam. Pengalaman-pangalaman anak didalam kelompok memberikan perasaan bebas kepadanya, namun demikian sangat patuhnya pada apa yang diperintahkan oleh pemimpin kelompoknya.
Pembentukan berbagai kelompok pada hal ini akan menjadi penting dalam penggalangan persahabatan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada saat anak menemukan jadi dirinya dalam suatu kelompok  maka lambat laun perhatiannya tercurah pada kelompok tersebut, kegiatan-kegiatan permainannya cenderung merupakan segala apa yang pernah dilakukannya dirumah. Ia masih membutuhkan pengalaman yang dapat memberi kepuasan dan rasa aman yang berupa kasih sayang dari orang dewasa, khususnya orang tua dan para guru.
Dampak positif hubungan pertemanan sebaya pada masa remaja  adalah sebagai berikut: Pertama, Membantu peranan sosial yang baru,
kelompok sebaya memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya, anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik,  Kedua, kelompok teman sebaya merupakan sumber informasi bagi orang tua tentang hubungan sosial individu serta sebagai sumber informasi kalau salah satu anggotanya berhasil maka di mata orang lain, kelompok sebaya itu berhasil.
Ketiga, dalam kelompok sebaya, individu dapat mengembengkan potensi dirinya. Karena dengan teman sebaya anak cenderung terbuka dalam mengekspresikan kemampuannya. Keempat, Dalam kelompok teman sebaya, individu dapat mencapai kebebasan sendiri, kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam suatu kelompok, anggota-anggotanya juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Kelima, dalam kelompok sebaya, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru dan mereka belajar tentang bagaimana manjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain dan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut.
Dampak negatif hubungan pertemanan sebaya pada masa remaja adalah .Pertama, Cenderung menutup diri bagi orang-orang yang bukan merupakan anggota kelompoknya, anak-anak yang membetasi lingkungan bermainnya dalam suatu kelompok tertentu, maka hubungan sosialisasinya dengan masyarakat umum akan terhambat.Kedua,  timbulnya pertentangan dan masalah-masalah antara kelompok sebaya, di sebabkan karena adanya berbagai perbedaan pendapat anatara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.Keempat, anak yang terlalu mengedepankan kepentingan kelompok teman sebayanya, biasanya hubungan mereka dengan keluarga  menjadi renggang,  karena terlalu nyaman dengan lingkungan teman sebayanya anak jadi jarang bersosialisasi dengan orang tua, sehingga timbullah berbagai kenakalan remaja akibat kurang kontrol dari orang tua.
3.      Masa Dewasa
     Seiring dengan perkembangan kedewasaan seseorang, maka cara bersosialisasi mereka juga berbeda dengan masa anak-anak dan remaja, biasanya pada masa ini seseorang sudah mampu bersosialisasi dengan lingkungan sebaya dengan baik. Desakan yang kuat untuk menyesuaikan diri dan untuk berperilaku tertentu biasanya pada masa dewasa lebih banyak memberikan manfaat bagi orang mereka
Pada masa dewasa biasanya seseorang sudah mempunyai banyak relasi sehingga terjadi dampak positif yang memungkin terjadinya kerja sama didalam bidang bisnis dan bidang-bidang lainya. Sedangkan dampak negatif pada dewasa biasanya seseorang yang aktif dalam organisasi baik formal maupun non formal dalam lingkungan teman sebayanya, pengabdian mereka terhadap organisasi tersebut sangatlah tinggi sehingga menyebabkan mereka mengabaikan sosialisasi dalam keluarga.
1.      Dampak teknologi terhadap sosialisasi pada anak-anak, remaja, dan dewasa.
Seiring dengan perkembangan teknologi ternyata proses sosialisasi tidak hanya dilakukan lewat interaksi langsung tetapi dapat juga  bersosialisasi lewat dunia maya, seperti facebook dan twitter. Dua jejaring sosial ini telah menyihir semua orang dari berbagai kalangan, seperti pada saat sekarang di dalam jejaring sosial facebook dan twitter tidak hanya digunakan oleh remaja dan orang dewasa, melainkan anak sekolah dasar pun sekarang sudah hanyut dalam dunia maya.
Hubungan via situs pertemanan facebook maupun twitter tidak terjadi dengan teman sebaya saja, akan tetapi terjadi juga di antara anak dan saudara, bapa, ibu, dsb. Facebook, twitter, maupun situs pertemanan dunia maya lainnya tidak selamanya buruk. Di dalam dunia maya seseorang bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga yang jauh (baik itu di luar daerah maupun di luar negeri) bisa juga sebagai sarana untuk seseorang berdakwah, mengajak kebaikan, sebagai wadah untuk seseorang menulis, sebagai wadah untuk berdiskusi, dan bisa juga sebagai wadah untuk orang tua mengawasi anaknya (jika orang tua menjalin hubungan pertemanan dengan anaknya di facebook). Karena begitu besar pengaruhnya maka hubungan sosial via situs pertemanan perlu diwaspadai.
Akan tetapi di dalam hubungan sosial via situs pertemanan ada juga efek negatifnya. Seperti yang belakangan terjadi di Indonesia bahwa ada seseorang yang menikah dengan perempuan yang dimana dia itu temannya di facebook. Dan setelah ditelusuri ternyata perempuan itu berjenis kelamin laki-laki. Di facebook juga ternyata digunakan sebagai ajang untuk penculikan, pembohongan, dan dapat membuat seseorang kecanduan dengan facebook, dan menjadikan seseorang jauh dari bersosialisasi dengan kehidupan nyata dan akhirnya seseorang tersebut tidak pandai bersosialisasi dalam kehidupan nyata. Di salah satu website ada yang menjelaskan akibat-akibat dari facebook, yakni :
a.       Memicu perceraian
Pengacara menyalahkan facebook untuk satu dari lima petisi perceraian online. Situs yang bisa mempertemukan teman lama dan membuat penggunanya bisa saling bicara melalui aplikasi chatting ini, disebut sebagai latar belakang meningkatnya kehancuran pernikahan dan godaan untuk berselingkuh. 
b.      Memicu anak bunuh diri 
Kepala gereja katolik di Inggris dan Wales, Archbishop Vincent Nichols, memeringatkan bahwa  facebook bisa mendorong remaja memiliki pandangan bahwa pertemanan adalah sebuah komoditas. Hal itu bisa memicu keinginan untuk bunuh diri, ketika hubungan tidak berjalan lagi.
c.       Lenyapkan ungkapan tradisional 
Survei yang dilakukan sebuah perusahaan peneliti pasar pada 4.000 orang yang usianya dibawah 30 tahun, mengungkap bahwa banyak ungkapan tradisonal yang tidak lagi diungkapkan karena facebook. Misalnya kalau di negeri kita silaturahim saling kunjung mengunjungi berkurang, karena sudah digantikan oleh ucapan lebaran lewat facebook, demikian juga saling kirim kartu lebaran juga sudah tergantingan ucapan lebaran lewat facebook.
d.       Memicu gangguan tulang
Facebook juga sering disalahkan karena gangguan tulang yang terjadi pada anak-anak. Penelitian dalam British Medical Journal menemukan bahwa situs jejaring sosial dan permainan komputer, merupakan pemicu penyakit seperti kekurangan vitamin D yang akibatnya bisa membuat tulang mudah rapuh.  Hal ini pasti karena dengan adanya facebook, banyak anak-anak tidak berolah gerak karena keasyikan berinteraksi dengan jejaring sosial ini, bahakan main game pun lewat facebook.
e.       Membuat orang menjadi tertutup
Penelitian dari Mintel, sebuah perusahaan penelitian pasar, menemukan lebih dari setengah orang dewasa yang menggunakan situs jejaring sosial seperti facebook, lebih menghabiskan waktu di internet dibandingkan berbicara dengan teman atau anggota keluarga lainnya.
f.        Membuat pasangan cemburu 
 Tim peneliti dari University of Guelph, Kanada, menemukan bahwa penggunaan Facebook meningkatkan rasa cemburu pasangan. Mereka menemukan bahwa makin sering seseorang menghabiskan waktu untuk online pada situs jejaring sosial dan melihat pasangannya, maka tingkat kecurigaannya sangat tinggi.
g.      Dijadikan ajang menantang hukum 
 Pada beberapa kasus hukum di Inggris, facebook dijadikan ajang untuk menantang hukum. Pihak yang tersangkut kasus hukum membuat grup, yang namanya sangat provokatif dan melawan hukum. Misalnya upaya rame-rame para pengguna facebook yang menolak bayar pajak akibat kasus Gayus Tambunan dengan membuat “group sejuta facebooker boikot pajak”.
h.      Membuat banyak orang tua jatuh cinta 
Sebuah badan pembuat regulator komunikasi, menemukan lebih banyak orang setengah baya yang menjadi anggota situs jejaring sosial seperti facebook. Hal itu menunjukkan fenomena situs jejaring sosial telah “tumbuh”, dengan pengguna yang berusia 35 hingga 54 tahun melonjak sebesar 25 persen sepanjang tahun 2009.
i.        Membuat penggunanya merasa tidak menarik 
 Jutaan pengguna facebook mengatakan menghindari menggunggah foto dan menghapus nama dari berbagai foto, karena merasa terlalu gemuk, tua, atau terlihat jelek.  Hal itu menurut survei yang dilakukan perusahaan yang memproduksi produk penurunan berat badan, LighterLife, pada 2000 orang.
j.         Mengungkap kehidupan pribadi 
 Banyak orang yang memajang foto-foto pribadinya di facebook tanpa menyadari bahaya yang sedang mengintainya. Seperti kasus istri seorang kepala agen rahasia Inggris, Sir John Sawers, yang memajang foto-foto keluarganya secara detail di Facebook saat berlibur bersama keluarganya. Selain hal-hal tersebut diatas, ternyata ada beberapa dampak buruk facebook yang lain, yaitu sebagai ajang berjudi, sebagai sarana trafficking dan juga pelecehan agama.
k.      Sebagai Ajang Berjudi
Program poker yang ada di facebook sebenarnya hanya sekadar untuk bermain sambil berhubungan lewat jejaring sosial tersebut. Namun, dalam perkembangannya, permainan tersebut oleh sebagian orang dimanfaatkan untuk memperkaya diri. Kondisi itu terus berkembang hingga menjadi konsumsi berbagai kalangan yang gemar bermain judi. Jadi sekarang ini Facebookpun telah dimanfaatkan untuk sarana berjual.
l.         Sebagai Sarana Trafficking
Facebook juga disalahgunakan sebagai sarana untuk memantau calon-calon korban penculikan anak dan perempuan dan akhirnya menjebaknya. Misalnya kasus mutakhir yang menimpa siswa SMPN di Sidoarjo berinisial MNT dan siswi SMA 22 Surabaya berinisial SA. Akibat berfacebook ria, mereka dibawa kekasihnya
m.    Sebagai sarana Pelecehan Agama.
Modus operandi para penista agama dengan menggunakan facebook adalah kebanyakan menggunakan facebook sebagai sarana mereka ber-”iklan” tentang propaganda mereka yang berbau atau mengandung penistaan agama. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Abudabi Uni Emirat Arab. Ini sungguh keterlaluan dan sekaligus merupakan penghinaan dan penistaan terhadap agama Islam, betapa tidak. dia yang mengaku sebagai atheis membuka akun Facebook mengatasnamakan Allah dan menyebarkan isi postingnya yang ia klaim sebagai kandungan  kitab suci Al - Qur’an.

diunduh pada hari Kamis, 18 oktober 2012. Pkl:14.00 WIB)
























BAB III
SOLUSI

A.     Solusi dalam Mengatasi Dampak Negatif dari Adanya Hubungan sosialisasi antara Kelompok Teman Sebaya
1.      Menguatkan hubungan dengan orangtua dan keluarga
Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Karena keluarga akan selalu mendidik kita dengan nilai-nilai yang dianutnya. Ini membuat kita lebih kuat untuk menghadapi dampak yang negatif dan mengurangi ketergantungan terhadap kelompok.
2.      Pentingnya peranan orangtua
Peran orangtua sangatlah penting, agar ssosialisasi antar teman sebaya bisa berjalan dengan baik. Karena biasanya banyak terjadi konflik dalam kelompok teman sebaya terutama pada kelompok remaja. Disinilah peranan dari orangtua untuk mengontral kestabilan emosi anak. Disamping itu, orang tua juga harus bersikap fleksibel dalam bertindak dan berbicara.
3.      Kontrol diri
Tidaklah salah bila seseorang aktif dalam suatu kelompok sosial. Tetapi kita harus tahu sampai dimana proses pergaulan kita. Jangan sampai kita berlebihan dalam menentukan sikap, ketika suatu kelompok mengajarkan hal-hal yang negatif kepada kita, maka kita harus mampu mengontrol diri agar dapat terjalin keseimbangan.
4.      Percaya diri
Hidup kita adalah pilihan kita, bukanlah untuk bergantung pada suatu kelompok atau teman sebaya. Jangan sampai teman sebaya dapat memengaruhi diri kita untuk melanggar prinsip yang kita yakini benar.
B.     Solusi dalam mengatasi Dampak teknologi terhadap sosialisasi pada anak-anak, remaja, dan dewasa.
1.      Pengawasan dari orangtua
Pada dewasa ini, perkembangan teknologi semakin maju. Namun, dari kemajuan perkembangan teknologi itu tentu ada dampak positif dan negatifnya. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan pengawasan dan memberikan batasan dalam menggunakan sosial media tersebut kepada anak-anaknya. Selain itu, orangtua juga harus mengetahui kegiatan-kegiatan anak pada dunia maya. Karena dengan seiring perkembangan zaman, kebanyakan remaja lebih sering mengeluarkan segala ekspresi perasaannya lewat dunia maya yaitu jejaring sosial, baik facebook, twitter, dll.
2.      Kontrol diri
Manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Pertemanan dalam jejaring sosial cakupannya sangat luas.  Kita boleh berteman dengan siapa saja, dari kalangan mana saja. Namun, kita harus perspektif  dalam mencari teman dekat atau sahabat terutama dalam jejaring sosial. Orang-orang yang ada dalam jejaring sosial beragam kepribadian, status sosial, agama, dll. Sehingga kita harus bisa mengontrol diri dan menjaga pergaulan kita dalam jejaring sosial.


 DAFTAR PUSTAKA

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, Diunduh pada hari kamis, 18 oktober 2012 pkl. 17:30 WIB
Ahmadi Abu . 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka cipta.
Haryanto Deny, Nugrohadi Edwi, 2011. Pengantar Sosiologi dasar . Anak Prestasi Pustaka: Jakarta.
Cahyaningsih, Sri. dkk. 2007. Ilmu pengetahuan sosiologi 1 untuk SMP/MTs klas VII.  Aneka Ilmu  : Semarang.
http://media.kompasiana.com/new-media/2010/03/28/inilah-13-akibat-buruk-facebook/ diunduh pada hari Kamis, 18 oktober 2012. Pkl:14.00 WIB
Kartono Kartini . 1995. Psikologi anak.  Mandar Maju: Bandung
Baron,Roberta dkk. 2004. Psikologi social .jilid 1 . Erlangga : Jakarta.
Roberta.B.D.B . 2005. Psikologi social . jilid 2 . Erlangga : Jakarta.
Soekanto Soerjono . 1990. Sosiologi suatu pengantar . Rajawali pers : Jakarta.